Welcome

Tentang Logika dan mBbuletnya ‘Circular Reasoning’

Tentang Logika dan mBbuletnya ‘Circular Reasoning’

 
 
 
 
 
 
Rate This
Saya bukan ahli logika, dan tak akan pura-pura menjadi ahli logika. Saya cuma tahu, logika (mantik) adalah cabang filsafat yang mengkaji – secara formil dan sistematik – prinsip-prinsip proses bernalar dan  pengambilan kesimpulan yang tepat dan benar.
Bagi saya, yang berkecimpung di dunia bahasa, logika sangat penting karena bahasa manusia sangat lentur. Pernyataan-pernyataan yang dihasilkan dengan medium bahasa bisa dipelintir sedemikian rupa sehingga seolah-olah isinya benar – ‘logis’; padahal, jika diperiksa secara cermat dan sistematik, pernyataan-pernyataan itu boleh jadi mengandung proses bernalar dan pengambilan kesimpulan yang belepotan.
Proses bernalar yang salah bisa menghasilkan kesimpulan yang salah, menyesatkan, dan membodoh-bodohi. Oleh karena itu, orang yang berkecimpung dalam dunia akademik tidak seharusnya membuat kesalahan dalam bernalar. Penelitiannya bisa kacau. Argumennya bisa amburadul.
Hakim juga tak boleh membuat kesalahan atau lemah dalam proses bernalarnya. Dia bisa salah menilai dan menimbang fakta-fakta hukum. Keputusannya bisa keliru. Dan dia bisa dikelabuhi oleh jaksa dan para pengacara.
Dokter tidak boleh membuat kesalahan dalam menghubungkan premis-premis yang tersedia dari proses diagnosanya dan  membuat kesimpulan. Pasiennya bisa mati, atau koma.
Panglima angkatan perang juga begitu. Insinyur juga begitu. Akuntan juga begitu. Manajer juga begitu. Desainer program komputer juga begitu. Pendek kata, tidak ada profesi penting yang boleh dipegang oleh orang-orang yang penguasaan logika atau cara bernalarnya lemah. Berbahaya! Keputusan-keputusannya bisa mengakibatkan kerugian bagi banyak orang.
Maaf kalau introduction-nya terlalu panjang.
Saya sebenarnya cuma mau bilang, saya suka sedih dan gatal kepala kalau melihat wacana dan tulisan warga akademik yang logikanya amburadul;  tulisan yang tidak jelas apa subjeknya, apa dan bagaimana kaitan sebuah kalimat dengan kalimat sebelum dan sesudahnya; tulisan yang tidak menggunakan kata penghubung secara tepat sehingga hubungan antargagasan dalam kalimat-kalimatnya menjadi rancu dan tak mudah diikuti.
Saya suka sedih kalau ada warga akademik yang termakan mentah-mentah oleh mitos, propaganda, dan dogma karena tak mampu secara cermat menguji premis-premis dan proses penalaran yang digunakan untuk sampai pada simpulannya.
Salah satu hal yang sering saya temukan dalam tulisan mahasiswa dan membuat kepala saya gatal adalah apa yang disebut sebagai ‘Circular Logic/Reasoning’ (logika/penalaran sirkuler) atau ‘Begging the Question’ – sebuah proses penalaran yang menunjukkan simpulan dengan menggunakan premis yang mengasumsikan kebenaran dari simpulan itu. Dengan kata lain, makna dan esensi yang terkandung di dalam premis dan simpulan sebenarnya sama. Oleh karena itu, simpulan tidak bisa dijadikan alasan untuk membenarkan premis.
Misalnya,
“Karena rokok menyebabklan kecanduan, perokok berisiko menjadi kecanduan.”
Atau,
“IPK itu penting. Oleh karena itu, saya menganggapnya penting.” 
“Kalau perbuatan semacam itu dianggap melanggar hukum, pasti perbuatan itu sudah dilarang oleh negara.”
A: “Kamu harus melakukan itu.”
B: “Kenapa?”
A: “Karena itu kewajiban.”
Contoh-contoh semacam itu menunjukkan ketiadaan rigor (kecermatan) dalam proses bernalar. Saya curiga, orang yang berpikir dan membuat pernyataan-pernyataan seperti itu tidak terbiasa memeriksa alasan atau sebab di balik sebuah kesimpulan. Mungkin karena ia terbiasa hidup dalam lingkungan yang dogmatis dan otoriter di mana dia dituntut untuk menurut dan mengikuti aturan tanpa diberi penjelasan yang logis atas tuntutan itu.

Posting Komentar

Komentarlah dengan kata-kata baik dan sopan